Sabtu, 12 Oktober 2013

Proses Sosialisasi


1. Pengertian Proses Sosialisasi
Apakah kalian masih ingat pada waktu pertama kali
masuk SMA? Sudah tentu kalian akan mengalami keadaan
yang berbeda dengan keadaan saat masih di SMP. Banyak
hal yang harus dipelajari, seperti kebiasaan-kebiasaan dan
norma-norma yang berlaku di SMA.
Setiap anggota baru dari kelompok (masyarakat) harus
mempelajari kebiasaan melalui suatu proses yang dinamakan
sosialisasi (socialization). Jadi, untuk bisa dianggap sebagai
anggota masyarakat, seseorang harus mempelajari kebiasaankebiasaan
anggota masyarakat yang lain.
Secara sederhana, sosialisasi dapat diartikan
sebagai sebuah proses seumur hidup yang
berkenan dengan bagaimana individu mempelajari
cara-cara hidup, norma, dan nilai sosial
yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat
berkembang menjadi pribadi yang bisa diterima
masyarakat.
Proses sosialisasi diawali dari lingkungan
keluarga atau kelompok yang ada di sekitar
kehidupannya. Proses sosialisasi menjadikan
seseorang tahu dan memahami bagaimana
seseorang menjalankan hak-hak dan kewajiban
berdasarkan peranan-peranan yang dimilikinya.
Berikut ini beberapa definisi sosialisasi menurut para ahli,
sebagai berikut.
a. Koentjaraningrat
Proses sosialisasi adalah proses belajar yang dialami
individu sejak masa kanak-kanak sampai masa tuanya. Ia
belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan
segalamacam individu sekeliling yang mengembangkan aneka
peran sosial yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
b. Peter Berger
Proses sosialisasi adalah suatu
proses di mana seorang anak belajar
menjadi seseorang anggota yang
berprestasi dalam masyarakat.
c. Charlotte Buhler
Proses sosialisasi adalah proses
yang membantu individu-individu
belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana
cara hidup dan berfikir kelompoknya
agar dia dapat berfungsi dalam
kelompok.
2. Tujuan Sosialisasi
Sosialisasi sebagai suatu proses
sosial mempunyai tujuan sebagai berikut.
a. Memberikan keterampilan dan pengetahuan
yang dibutuhkan seseorang untuk melangsungkan
kehidupan di tengah-tengah masyarakat.
b. Mengembangkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi
secara efektif dan mengembangkan kemampuan
untuk membaca, menulis, dan bercerita.
c. Membantu seseorang mengendalikan fungsi-fungsi organik
melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
d. Menanamkan kepada seseorang nilai-nilai dan kepercayaan
pokok yang ada pada masyarakat.
3. Tahap-Tahap Sosialisasi
Dalam pergaulan di masyarakat, seseorang harus melakukan
penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Perubahan
lingkungan dapat menyebabkan terjadinya tindakan seseorang
karena terjadi penerapan nilai-nilai dan norma yang berbedabeda.
Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang
hidup manusia, mulai masa kanak-kanak, remaja, dewasa
sampai ia meninggal dunia.
Menurut George Herbert Mead, bahwa sosialisasi yang
dilakukan seseorang melalui tahapan yang tidak sempurna.
Contoh: kata “Bapak” yang diajarkan pada anak balita diucapkan
“Bap”, lama-kelamaan anak bisa mengucapkan
kata bapak dan memakai makna kata bapak
sesuai dengan kenyataan yang dialaminya.
a. Persiapan (prepatory stage)
Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam
sosialisasi yang dilakukan oleh manusia. Pada tahap ini
dimulai sejak manusia lahir di dunia. Sejak saat itulah
seseorang sudah memiliki persiapan untuk melakukan
tindakan sesuai dengan lingkungan.
b. Tahap meniru (play stage)
Pada tahap ini anak mulai mampu meniru secara
sempurna. Tahap meniru ini juga disebut tahap bermain.
Pada tahap ini kesadaran bahwa dunia sosial manusia
berisikan orang-orang yang jumlahnya relatif banyak sudah
mulai terbentuk. Pada tahap ini anak mengenal “significant
other” yaitu orang-orang di sekitarnya yang dianggap
penting bagi pertumbuhan dan pembentukan diri, misal:
ayah, ibu, kakak, pengasuh, kakek, nenek, yang sering
berinteraksi dengannya.
Contoh: seorang anak kecil selalu meniru apa yang dikerjakan
orang di sekitarnya dan menerima apa yang
sudah dilihatnya.
c. Tahap siap bertindak (game stage)
Pada tahap ini peniruan yang dilakukan seseorang
mulai berkurang digantikan oleh peranan yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Pada
tahap ini kemampuan menempatkan dirinya pada posisi
orang lain mulai meningkat sehingga memungkinkan adanya
kemampuan bermain secara beregu. Pada tahap ini partner
interaksinya makin banyak, hubungan pun makin
kompleks. Kemantapan diri pada tahap ini jauh lebih tinggi
dari tahap-tahap sebelumnya. Peraturan-peraturan yang
berlaku di luar keluarganya secara bertahap mulai dipahami.
Pada tahap ini mulai siap menjadi partisipan aktif
dalam masyarakat.
Teman sebaya sangat berpengaruh pada game stage,
karena dengan teman sebaya seseorang mulai mengenal
dan berinteraksi dengan dunia di luar keluarga.
d. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized other)
Pada tahap ini manusia/seseorang disebut sebagai
manusia dewasa. Dia bukan hanya dapat menempatkan
dirinya pada posisi orang lain, tetapi juga dapat bertenggang
rasa dengan masyarakat secara luas. Seseorang telah
menyadari pentingnya peraturan-peraturan sehingga
kemampuan bekerja sama menjadi mantap. Dalam tahap
ini, manusia telah menjadi warga masyarakat dalam arti
sepenuhnya.

Proses Pembentukan Tanah


   Menurut M.Isa Darmawijaya (1990), tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar permukaan planet bumi. Tanah mampu menumbuhkan tanaman, memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup, serta bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. pembentukan tanah dibagi menjadi empat tahap.Tahap pertama, batuan tersingkap akibat proses fisika dan kimia. Tahap kedua, batuan menjadi lunak akibat proses pelapukan. Tahap ketiga, lapisna lunak terssebut mulai ditumbuhi tanaman perintis (pada saat ii terjadi proses pelapukan biologi) Tahap keempat,tanah menjadisubur dan mulai ditumbuhi tanaman besar.

1. Faktor-Faktor Pembentuk Tanah
    Berdasarkan proses pembentukan tanah berasal dari pelapukan batuan, tumbuhan, serta organisme. Pelapukan terjadi akibat pengaruh iklim dan waktu.

a. Iklim
     Faktor ikim berupa suhu dan curah hujan memengaruhi kecepatan proses pelapukan batuan induk. Apabila suhu semakin tinggi, semakin cepat pula reaksi kimia berlangsung.
b. Organisme
    Organisme pembentuk tanah terdiri atas tumbuhan, hewan, jasad hidup dalam tanah, dan manusia. Organisme tanah menguraikan organik yang berfungsi mempercepat pelapukan dan membantu menggemburkan batuan induk. Kandungan bahan organik dalam tanah memengaruhi sifat-sifat tanah, antara lain warna tanah menjadi coklat sampai hitam, mengubah sifat tanah, kapasitas penyerapan kation meningkat, serta unsur hara bertambah banyak.
c. Batuan Induk
    Batuan induk di suatu daerah merupakan faktor yang menentukan jenis tanah daerah tersebut.
Batuan induk dibagi menjadi batuan beku, sedimen, dan metamorf. Susunan kimika dan mineral batuan induk memengaruhi intensitas pelapukan dan tanaman penutupnya.
d. Topografi atau Relief
    Topografi atau relief memenagruhi ketebalan lapisan tanah di suatu tempat. Faktor kemiringan tempat akan memengaruhi pergerakan aliran air. Di daerah berlereng miring aliran air cenderung cepat sehingga lapisan tanahnya tipis karena tererosi. Di daerah datar dan cekung aliran air lambat sehingga lapisan tanah relief tebal.
e. Waktu
    Dalam perkembangan tanah, waktu berperan menentukan jenis tanah yang berbentuk. Tanah akan mengalami pelapukan secara kontinu. Hal tersebut menyababkan tanah kehabisan unsur hara. Tanah yang berumur tua dan kehabisan unsur hara akan kehilangan kesuburan.

Kingdom Animalia

 

    Semua organisme yang termasuk dalam kingdom Animalia merupakan organisme eukariotik, multiseluler, tidak mempunyai dinding sel, dan tidak berklorofil. Kingdom ini mempunyai keanekaragaman paling tinggi. Klasifikasi kingdom Animalia berdasarkan simetri tubuh dan lapisan penusun tubuh.
1. Simetri Tubuh
     Simetri tubuh pada hewan ada dua macam, yaitu simetri radial dan bilateral.
a. simetri radial
simetri radial menggambarkan hewan yang bagian tubuhnya tersusun melingkar. apabila diambil garis yang melewati    mulut akan menghasilkan bagian-bagian yang sama. hewan ini memiliki bagian dorsal (bagian atas) dan bagian ventral (bagian bawah). namun, hewan ini tidak memiliki tubuh anterior (bagian depan) dan posterior (bagian belakang).
b. Simetri Bilateral
Simetri bilateral menggambarkan hewan yang bagian tubuhnya tersusun berseblahan dengan bagian yang lain. apabila diambil garis memotong yang melewati mulut dan anus, akan menghasilkan bagian yang sama antara sisi kiri dan sisi kanan. hewan dengan simetri bilateral memiliki sisi atas (dorsal), sisi bawah (ventral), sisi kepala (anterior), sisi ekor (posterior), dan sisi samping (lateral).
2. Lapisan penyusun tubuh
berdasarkan jumlah lapisan penyusun tubuh, hewan dapat dibedakan menjadi dua yaitu diploblastik dan triploblastik.
a. hewan diploblastik
Hewan diploblastik memiliki dua lapisan sel. pembentuk tubuh, yaitu ektoderma (lapisan luar) dan endoderma (lapisan dalam).
b. hewan triploblastik
hewan triploblastik memiliki tiga lapisan sel pembentuk tubuh. tiga lapis sel tersebut yaitu ektoderma, mesoderma (lapisan tengah), dan endoderma. ektoderma pada hewan triploblastik berkembang menjadi epidermis dan sistem saraf. mesoderma berkembang menjadi jarinagan otot dan jaringan lainnya endoderma berkembang menjadi usus dan kelenjar pencernaan..

berdasarkan ada tidaknya rongga tubuh, hewan triploblastik dibedakan menjadi aselomata, pseudoselomata, dan selomata. hewan triploblastik aselomata merupakan hewan yang tidak mempunyai ringga diantara usus dan tubuh terluarnya. hewan triploblastik pseudoselomata merupakan hewan hewan yang mempunyai rongga dalam saluran tubuh yang berisi cairan tanpa dibatasi jaringan dari mesoderma. hewan triploblastik selomata memiliki rongga tubuh yang berisi cairan dan mempunyai batas yang berasal dari jaringan mesoderma.